Kamis, 29 Maret 2012

Pelatihan atau Pendampingan? Gambaran Singkat tentang Pengembangan Profesional Guru dalam Pemanfaatan ICT di Indonesia


ICT atau TIK saat ini menjadi hot topic dalam pendidikan. Kementerian dan Kebudayaan sampai dengan tahun lalu masih mendorong terus pemanfaatannya di pendidikan melalui rollout peralatan TIK yang cukup meluas. Walaupun saat ini program-program ICT di tingkat Kemdikbud pusat masih dalam masa ‘tenang’ karena sumber daya finansial sebagian tercurah untuk rehabilitasi sekolah, namun hal ini tidak menghentikan program-program TIK di tingkat dinas provinsi, kabupaten/kota, dan sekolah. Sebagian besar provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia terus memberikan pelatihan bagi pendidik dan tenaga kependidikan yang setelah melakukan rollout peralatan ICT.

Dalam sejarahnya, pengembangan professional guru dalam pemanfaatan ICT telah dipromosikan secara meluas sejak tahun 2008 oleh Dirjen PMPTK yang saat ini fungsinya dijalankan oleh Badan SDM-PMP melalui berbagai program. Hal ini segera menjadi program dari direktorat-direktorat dalam Kemdikbud untuk meluncurkan block grants hardware ICT. Ditarik ke belakang, sejak berdirinya di tahun 1978, Pustekkom yang menjadi ‘Production House’ dari Kemdikbud, juga mendorong pemanfaatan sumber-sumber belajar eletronik (analog maupun digital) dengan pelatihan-pelatihan guru di seluruh Indonesia. Pustekkom bahkan telah melatih lebih dari 11,000 Master Trainer di 33 provinsi.

Namun, masalah transfer of training setelah pelatihan pemanfaatan ICT dilakukan masih menjadi tantangan. Hanya sedikit dari para peserta pelatihan yang notabene adalah para pendidik dan tenaga yang langsung dapat menerapkannya di konteks kerja mereka sehari-hari. Apa yang menjadi masalahnya?
Ternyata, banyak sekali pertanyaan yang muncul di benak peserta setelah pelatihan selesai, seperti: Komputer yang mana yang akan saya pakai latihan?; Untuk apa teknologi ini akan saya manfaatkan?; Mengapa saya harus repot-repot belajar, toh computer hanya dipakai untuk pelajaran ICT/TIK yang diajar oleh guru ICT?; Saya belum terlalu bisa, bagaimana kalau komputernya rusak karena saya? Bagaimana kalau para siswa sampai tahu saya belum bisa?; dsb.

Memang, yang lazim terjadi adalah peralatan ICT dipakai oleh guru dan siswa untuk belajar ICT, tidak kurang dan tidak lebih. Namun, praktik yang baik dalam pemanfaatan di kelas menunjukkan hasil peningkatan pembelajaran oleh siswa yang cukup signifikan. Pembelajaran di kelas juga lebih efisien karena ICT memungkinkan siswa belajar dengan gaya belajar yang lebih beragam, melalui audiovisual misalnya. Lihat Pembelajaran dengan Multimedia Interaktif atau Eksplorasi IPA dengan Satu Komputer. Jadi komputer terintegrasi dengan konten. Menjadi alat, bukan hasil akhir. Mengapa tidak?

Oleh karena itu, para peserta pelatihan memerlukan pendampingan setelah pelatihan selesai. Pelatihan saja tidak cukup. Sebagian besar peserta justru membutuhkan pendampingan ini karena mereka tidak semerta-merta dapat menerapkannya. Hanya sedikit yang dapat mengadopsinya secara langsung (lihat Kurve Inovasi/Adopsi dari Rogers di www.valuebasedmanagement.net).

Saat ini profil Pengembangan Profesi Guru dalam Pemanfaatan ICT di Indonesia masih terfokus pada metode pelatihan melalui pendekatan bertingkat (TOT-kemudian Master Trainer melatih guru lain, dst). Lihat table profil di bawah ini.

Profil Pengembangan Profesi Guru dalam Pemanfaatan ICT
Pendekatan Nama Program Organisasi
Pelatihan Bertingkat (Cascaded Training) TV-E & Radio Edukasi Pustekkom dan Balai Tekkom Provinsi
Literasi TIK untuk Peningkatan Mutu LPMP
Disdik Kabupaten/Kota
Intel Teach “Getting Started” Intel Corp Indonesia bekerja sama dengan LPMP dan USAID
E-Learning PSMA & PSMK, MoEC
Pelatihan 1x
· Pengenalan Komputer;

· Open Education Resources
Yayasan Air Putih
Pelatihan plus Pendampingan/Belajar Mandiri Kegiatan Kelas Satu Komputer Proyek DBE 2 USAID
Innovasi ICT untuk Pemuda Proyek DBE 3
Intel Teach “Essential Course’ Intel Corp Indonesia
Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Jarak Jauh berbasis ICT untuk guru pra- dan dalam masa jabatan. LPTK-LPTK

Jadi, tampaknya perlu ada pergerakan dari pendekatan yang umum dipakai, dari pelatihan menuju pendampingan. Dengarkanlah apa kata guru:

“Setelah lokakarya, saya tidak tahu pasti apa yang harus dilakukan… saya pikir, bagaimana caranya mengimplementasi ide-ide ini?

Kemudian Mbak Aulia mulai melakukan kunjungan ke sekolah dalam program pendampingan ini. Itulah dimana kami mulai berdiskusi tentang rencana-rencana saya, kemudian merevisinya berdasarkan masukan dari pendamping saya. Saya juga uji coba dahulu sebelum memanfaatkan computer di kelas. Yang saya sukai dari program pendampingan adalah adanya bimbingan yang jelas. Ya, Anda kan tahu sendiri, kita harus memastikan semuanya telah disiapkan dengan baik sebelum mengajar. Kita harus tampil baik di hadapan siswa.”

(Sundari, Guru kelas 5, SD Tulangan Sidoarjo – seperti yang disampaikan kepada P. Bodrogini tahun 2010 tentang Program Pendampingan Kelas Satu Komputer DBE 2)

5 komentar:

  1. Re: “Setelah lokakarya, saya tidak tahu pasti apa yang harus dilakukan… saya pikir, bagaimana caranya mengimplementasi ide-ide ini?

    Sebaiknya tanya diri apa hubungan antara Pengembangan Profesi Guru dan Pemanfaatan ICT dulu. Apakah ada?

    Guru yang tidak pakai ICT tetapi fokus-nya beliau lebih mengarah ke metodologi dan strategi pembelajaran yang lebih bermutu daripada memikir peralatan pasti akan lebih baik. Memang tidak perlu pakai TIK kecuali kalau mengajar TIK (Jangan terlalu pusing :-)

    Profesionalisme guru tidak terkait dengan TIK kan? TIK hanya adalah salah satu pilihan teknologi yang jarang dipilih untuk di dalam kelas oleh guru prefesional....

    Saya mempunyai 11 komputer dan TIK adalah pilihan terakhir buat saya kalau mengajar. Saya lebih suka teknologi sederhana yang mengajak imaginasi, kreativitas dan kemandirian daripada pelajar di suapkan.

    BalasHapus
  2. Setuju tentang ICT hanyalah tool. Namun kalau ICT dipakai sebagai tool, maka pemanfaatannya juga harus tepat juga. Dan cara belajar mengintegrasikannya ke pembelajaran juga harus tepat. Nggak pusing kok, Pak :)

    Saya juga menulis satu lagi catatan mengenai Teknologi sebagai Alat Mencapai Tujuan (http://ict-untuk-pendidikan.blogspot.com/2012/03/teknologi-sebagai-alat-mencapai-tujuan.html) setelah catatan yang ini. Saya mengacu juga ke tulisan Bapak di situs teknologi pendidikan. Hope it's okay.

    BalasHapus
  3. Salam kenal
    Tingkatkan terus pemahaman ICT, silakan kunjungi http://pcahyono.blogspot.com/
    Salam kreatif...

    BalasHapus
  4. Salam kenal juga, Pak Cahyono. Terimakasih sharingnya, Pak.

    Salam,
    Bodro

    BalasHapus
  5. Saya mempunyai kawan guru SMA di pedesaan, beliau mengajar PAI. PAk Huda namanya.
    setelah saya ajarkan sedikit bagaimana membuat slide, dan flash beliau berkata :
    "wah sekarang anak2 lebih semangat belajarnya, menurut saya, 1 gambar dislide lebih memaknai dibanding saya berceramah 10 kata" terkadang pula ketika saya terbentur dengan penjelasan yang sulit diucapkan ternyata alat ini dapat membantu saya.

    setuju ICT hanya alat bantu, namun meskipun guru sudah profesional, saya yakin ICT juga dapat meringankan, mempermudah semua rutinitas KBM disekolah, layaknya 1 unit kalkulator. apalagi ini sudah menjadi tuntutan kurikulum, dan tuntutan pemerintah.

    semangat Bu Petra

    BalasHapus