Selasa, 26 April 2011

Memulai dari yang Paling Penting dan Sederhana - TIK untuk Pembelajaran

Lihatlah dunia di sekitar Anda. Peralatan Teknologi Informasi dan Komunikasi atau TIK alias ICT (Information & Communication Technology) dalam bahasa Inggrisnya, telah merambah kehidupan kita sehar-hari. Sebut saja piranti keras seperti Handphone Komputer - dalam bentuk Laptop maupun Desktop - proyektor LCD, maupun piranti lunak yang menyertai seperti Office, peta konsep, aplikasi-aplikasi web 2.0, dan masih banyak lagi.

Sebenarnya teknologi pendidikan ini bukanlah hal baru, namun karena industri teknologi selalu muncul dengan tawaran-tawaran produk yang berbeda dan selalu berkembang, maka diskusi mengenai ICT adalah diskusi yang diwarnai oleh pembaharuan. Menyenangkan bukan? Dan yang jelas selalu menantang karena dengan ICT kita juga berbicara mengenai perubahan.

Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, apakah perubahan ini baik untuk pembelajaran?
Untuk siswa, untuk guru? Bukankah pembelajaran yang berkualitas menjadi tujuan akhir dari perubahan yang ditawarkan? Bagaimana kita memastikan bahwa perubahan yang dibawa, yang mengintegrasikan ICT, berdampak positif dan bukan sebaliknya? Apakah kita - sebagai pendidik dan tenaga kependidikan - perlu memanfaatkan ICT untuk pembelajaran? Jawab saya Ya, karena ICT menambah ruang gerak kita untuk berkolaborasi dan berpikir kritis. Apakah memiliki kendali atas perubahan yang diperkenalkan oleh sekolah atau institusi tempat kita bekerja, oleh atasan kita, atau oleh pasar ICT? Saya juga menjawab Ya. Caranya? Kita bisa mulai dari yang paling penting dan paling sederhana. Mari kita pikirkan pertanyaan-pertanyaan ini untuk membantu Anda:
  • Yang terpenting: Apa yang menjadi tujuan pembelajaran Anda? Kualitas pembelajaran ditentukan oleh tujuan pembelajaran yang Anda tetapkan. Tentu saja masih dalam kerangka kurikulum. Kalau Anda telah menetapkan tujuan pembelajaran, pastikan apakah tujuan pembelajaran Anda memberi ruang bagi siswa untuk berpikir kritis?
  • Yang paling sederhana: Teknologi apa yang dapat Anda manfaatkan, yang telah tersedia di sekitar kita? Handphone? Komputer? Bahkan kita bisa memanfaatkan informasi yang kita unduh di Warung Internet terdekat sebagai oleh-oleh bagi siswa kita.   
Dari yang terpenting dan tersederhana, kita bisa mengambil langkah demi langkah untuk memastikan keberhasilan siswa-siswi kita. Sering kita terkejut dengan kepiawaian siswa kita akan pemanfaatan ICT, sehingga menjadi tugas kita agar teknologi yang mereka pegang sehari-hari memiliki makna pembelajaran.

Lebih jauh lagi, blog ini akan mengajak Anda untuk memikirkan bersama, dan mendiskusikan strategi-strategi pemanfaatan ICT untuk pendidikan. Your ideas are most welcome! Gunakan fitur komentar di blog ini untuk bertukar ide. Mari berbagi.

Salam pendidikan!

9 komentar:

  1. Hi Mbak Petra,

    I really love your enthusiasm, dan saya sangat berharap bahwa semangat itu dapat diarahkan ke solusi-solusi yang lebih rialistik dan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan kita di Indonesia.

    Misalnya: Puluhan ribu sekolah dalam keadaan rusak atau ambruk termasuk 70% sekolah di DKI Jakarta, 30.000 Desa Belum Teraliri Listrik, dan 55 juta orang tidak memiliki "akses" terhadap sumber air yang aman (Tiap Hari 5.000 Balita Mati karena Diare) dan Korupsi Terjadi di Semua Level Penyelenggara Pendidikan, dan UN Tidak Ciptakan Proses Belajar Kreatif, dan kita perlu Setop Kurikulum Merugikan Siswa, juga 70% Lulusan SMA Tanpa Keterampilan Cari Kerja, dan Kemampuan Guru Harus Ditingkatkan, dan Ribuan Anak Cacat Usia Sekolah Belum Terlayani, dan Pendidikan Berkualitas Hanya untuk Orang Berduit, dan .........

    Menurut saya... ICT adalah teknologi yang "Paling Tidak Tepat Guna" untuk Pendidikan Umum Yang Bermutu di Indonesia, kan? ICT dapat membunuh kreativitas, sangat terbatas oleh kekurangan infrastruktur, maupun biaya perawatan yang sangat mahal, banyak sekolah tidak dapat merawat sekolah saja, maupun ratusan komputer (puluhan juta secara nasional)....

    "Teknologi Tepat Guna (TTG) sudah ada di semua sekolah di Indonesia "Sekarang" (Appropriate Technology), dan guru-guru hanya perlu belajar caranya menggunakan TTG secara efektif, dan bersama PAKEM kita dapat mencapaikan Pendidikan Standar Dunia. Maupun Menggunakan Strategi/Metodologi TTG (Yang Berbasis-Pedagogi) Adalah Cara Terbaik Untuk Mengintegrasikan Semua Macam Teknologi Dalam Pendidikan.

    NOTE: "HTML Anda tidak bisa diterima: Harus paling banyak dalam 4.096 karakter"

    Salam Teknologi Pendidikan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thanks Bapak. I think enthusiasm is something we have in common. Seperti yang saya sampaikan di media facebook, ICT dapat membantu untuk drive a better education and other basic service system seperti kesehatan, bukan hanya untuk pembelajaran semata. ICT adalah teknologi tepat guna apabila dipakai dengan cara yang tepat dan oleh orang/institusi yang tepat, serta jumlah investasi yang tepat. Untuk monev misalnya, untuk decision support system, misalnya. Tapi terus terang untuk mendorong itu bisa terjadi adalah tidak mudah.

      Memang kalau bicara tentang masih belum terpenuhinya SPM di negeri ini, kita bisa ngobrol semalaman. Tapi, yang saya observasi adalah, masyarakat Indonesia sebetulnya sangat diversed, tidak semuanya berada di bawah garis kemiskinan. Betul memang bahwa ICT use lebih tepat untuk mereka yang lebih resourceful. Pemerintah kita sebetulnya cukup resourceful. Jadi they can afford ICT untuk transparency and accountability. Pertanyaannya adalah, apakah mereka mau? Hehehe... very provoking thought ya?

      Untuk yang lebih mikro, saya setuju bahwa dasar dari pemanfaatan ICT di kelas adalah teknik mengajar yang baik - ICT hanya means bukan ends. Setuju banget.. (kalau pakai bahasa anak saya). Beberapa hal yang pernah kami lakukan (di proyek kami yang dulu) adalah melakukan asesmen kesiapan guru sebelum diberikan program ICT, itupun terkadang meleset. Kita bertemu guru yang sama sekali belum siap karena beliau juga belum bisa mengajar dengan baik. Menariknya, para ICT assistants kami waktu itu kudu mundur ke belakang dan memperkenalkan kembali PAKEM serta teknik-tekniknya, plus mempraktikkannya. Itu lebih mudah dilakukan untuk guru-guru yang sudah senior karena kita membawa komponen baru - yaitu ICT, karena apabila tidak, akan sulit untuk menginduksi perubahan ke arah yang lebih positif.

      But kita semua akan tetap menggunakan ICT untuk personal use - mobile phones - misalnya. Anak-anak akan tetap pakai komputer, disuruh atau tidak. It's happening, apapun yang kita lakukan sekarang, it's happening. Why not ride the wave?

      Hapus
  2. Bagian II,

    Re: "So what is Blooms Taxonomy?
    Benjamin Bloom developed, in the 1956 while working at the University of Chicago, developed his theory on Educational Objectives. He proposed 3 domains or areas:

    •Cognitive - person's ability to process and utilize information (thinking), this is what Bloom's Digital Taxonomy is based on •Affective - This is the role of feeling and attitudes in the learning/education process
    •Psychomotor - This is manipulative or physical skills Bloom's Taxonomy is a taxonomy of activities and behaviours that exemplify Higher Order Thinking Skills (HOTS) and Lower Order Thinking Skills (LOTS). Bloom's allows use to rank and structure different classroom activities and plan the learning process. In the 2001, Lorin Anderson and other revised Bloom's original work to give use Bloom's Revised Taxonomy. Bloom's and Revised Bloom's give us a learning process. •Before you can understand a concept or fact you must remember it, •To apply a concept you must understand it first, •To evaluate a process you must have analysed it etc.Each layer builds on the previous The creative process naturally incorporates these elements. If you look at the constructionist principles that Gary Stager applies using lego to problem solve all of the elements of Bloom's are present in the process of creating a "lego" solution to a problem. You must remember (even if you are learning as you go), understand and apply these principles and concepts, analyse and evaluate the success of your design, the process and concept.
    However, we don't need to start at lower order skills and then build piecemeal throught the taxonomy towards higher order thinking like creativity. By providing a suitably scaffolded task, the lower order skills of remembering and understanding become inherent in the learning process. By challenging our students to be analytical, evaluative or creative, they will within these processes develop understanding."

    Re: "By challenging our students to be analytical, evaluative or creative, they will within these processes develop understanding."

    Saya memang ingin tahu bagaimana konsep ini adalah terkait dengan "Programmed Learning" di mana pelajarnya terpaksa ikut atau setuju dengan solusi atau jawaban-jawabannya.

    Pasti proses ini hanya akan membunuh kreativitas dan inovasi, kan?

    Constructivism (Learning Theory)

    Constructivism is a theory of knowledge (epistemology) that argues that "humans generate knowledge and meaning from an interaction between 'their experiences' and 'their ideas'"..... One good example of constructivist learning in a non-formal setting is the Investigate Centre at The Natural History Museum, London. Here visitors are encouraged to explore a collection of real natural history specimens, to "practice some scientific skills and make discoveries for themselves."

    Re: "humans generate knowledge and meaning from an interaction between 'their experiences' and 'their ideas'..... "practice some scientific skills and make discoveries for themselves."

    Saya tidak dapat mengerti bagaiamana ini (Constructivism) dapat dicapaikan dalam "pembelajaran yang programmed". Saya ingin ketemu anda suatu hari dan membahas banyak isu seperti ini sambil minim kopi....
    http://teknologipendidikan.com/reference425.html

    "HTML Anda tidak bisa diterima: Harus paling banyak dalam 4.096 karakter"

    Salam Teknologi Pendidikan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tentang: Saya tidak dapat mengerti bagaiamana ini (Constructivism) dapat dicapaikan dalam "pembelajaran yang programmed". Saya ingin ketemu anda suatu hari dan membahas banyak isu seperti ini sambil minim kopi....

      Maksudnya programmed? Tapi bukankah sebaiknya pembelajaran di kelas (atau di luar kelas) dilakukan melalui perencanaan kurikulum yang baik? Diajarkan dengan teknik yang tepat? Saya kira dengan ruang yang diberikan kepada para peserta didik di dalam pembelajaran yang direncanakan dengan baik tersebut, prinsip konstruktivisme bisa diterapkan.

      Mari Pak, hobby saya memang minum kopi.. :)

      Hapus
  3. Bagian III,

    Saya tidak dapat mengerti bagaiamana ini (Constructivism) dapat dicapaikan dalam "pembelajaran yang programmed". Saya ingin ketemu anda suatu hari dan membahas banyak isu seperti ini sambil minim kopi....
    http://teknologipendidikan.com/reference425.html

    Berapa alat-alat (Tools) itu di daftar (bagian akhir) Blooms Taxonomy dicoba dan digunakan oleh Bloom? Valid?

    Re: "Memulai dari yang Paling Penting dan Sederhana - TIK untuk Pembelajaran"

    Kenyataan: "Sekarang satu komputer untuk 2.000 siswa" Harapan (dan target) Kemendiknas adalah Satu komputer untuk 20 siswa pada tahun 2015 [kalau dicapaikan] (pas cukup untuk belajar mata pelajaran TIK, tetapi tidak cukup sama sekali untuk mulai menggunakan pembelajaran berbasis-tik kan?). Jadi, kalau kita berani mimpi, satu komputer untuk dua (2) siswa mungkin terjadi kepada tahun berapa?

    Silakan mengupdate data di atas kalu bisa.

    Naa... kalau kita ingat bahwa semua komputer yang ada sekarang akan obsolete dan perlu diganti, maupun banyak yang kita beli sekarang sampai dua tahun ke depan akan hampir obsolete kepada tahun 2015 sebaiknya anda mulai dengan kalkulator (dan rumus) dulu untuk mengkalkulasikan tahun berapa kita dapat berharap ada satu komputer untuk 2 siswa? Masih dalam milenium ini? - Ini sangat menarik :-)

    Emmm... 300.000 sekolah, berapa siswa-siswi?
    (lebih dari 50.000.000 kan?)
    http://teknologipendidikan.com/rasiokomputer.html

    Re: "Memulai dari yang Paling Penting"???

    Kayaknya anda lupa banyak sekali isu yang lain. Mungkin bermanfaat kalau anda membaca...
    http://kebijakan.com/

    Siswa-siswi dapat belajar dengan sempurna tanpa TIK (terbukti kalau melihat sejarah interlektual yang kita sering quote - apa mereka pakai ICT dulu?) Kita tidak perlu TIK di ruang kelas... Metodologi adalah yang Paling Penting.....

    Salam Teknologi Pendidikan

    BalasHapus
  4. P.S. Kalau melihat foto di bagian "Memulai dari yang Paling Penting dan Sederhana - TIK untuk Pembelajaran"

    Berapa siswa-siswi belajar secara aktif?
    "0" kan?

    Salam Teknologi Pendidikan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin tidak terefleksikan di foto? Guru yang tidak siap mengajar dan dipaksakan menggunakan ICT memang kelasnya jadi lebih kacau (I've seen it happen too). Tapi guru yang mengerti bagaimana ICT bisa 'diperalat' dalam arti yang sesungguhnya, memanfaatkannya dengan baik untuk seluruh anak di kelasnya - dan mereka aktif. Mungkin Bapak juga pernah mengalaminya sendiri saat mengajar dengan 1 komputer. Salam Pendidikan!

      Hapus
  5. Re: "Maksudnya programmed?

    "Behaviorism" seperti (E-Learning) Pembelajarqan yang 100% mengatur dengan outcomes yang tetap (Seragam - Tidak memberikan kesempatan untuk Self-Expression or Perkembangan Individu).

    Re: "Tapi bukankah sebaiknya pembelajaran di kelas (atau di luar kelas) dilakukan melalui perencanaan kurikulum yang baik?"

    Saya tidak tertalalu consern dengan methodologi apa saja yang digunakan di luar kelas (itu hak pelajarnya). Tetapi di dalam kelas adalah waktu untuk perkembangan pelajar-pelajar secara individual, kemampuan analitikal, kritikal, kreatif, inovatif, dll. Banyak kegiatan yang aktif misalnya, kegiatan group yang challenging, aktif, interaktif, dll. Bukan Berpusat Guru dan Bukan Berpusat Teknologi, Tetapi Berpusat Pelajar (Student Centered Learning).

    Re: "melalui perencanaan kurikulum yang baik?

    Apa maksudnya, ada kurikulum yang lain dari kurikulum nasional?

    Re: "Diajarkan dengan teknik yang tepat?"

    Itu apa, pasti bukan Berbasis-ICT kan? :-)

    Re: "Saya kira dengan ruang yang diberikan kepada para peserta didik di dalam pembelajaran yang direncanakan dengan baik tersebut, prinsip konstruktivisme bisa diterapkan"

    "Saya kira".... Kita harus lebih yakin.....

    Constructivism (Learning Theory)

    Constructivism is a theory of knowledge (epistemology) that argues that "humans generate knowledge and meaning from an interaction between 'their experiences' and 'their ideas'"..... One good example of constructivist learning in a non-formal setting is the Investigate Centre at The Natural History Museum, London. Here visitors are encouraged to explore a collection of real natural history specimens, to "practice some scientific skills and make discoveries for themselves."

    Re: "humans generate knowledge and meaning from an interaction between 'their experiences' and 'their ideas'..... "practice some scientific skills and make discoveries for themselves."

    "Disovery Learning" - Pasti tidak terkait dengan "machine-based learning" kan?

    Re: "Mungkin tidak terefleksikan di foto? Guru yang tidak siap mengajar dan dipaksakan menggunakan ICT memang kelasnya jadi lebih kacau (I've seen it happen too)."

    Too Often!

    Re: "Tapi guru yang mengerti bagaimana ICT bisa 'diperalat' dalam arti yang sesungguhnya, memanfaatkannya dengan baik untuk seluruh anak di kelasnya - dan mereka aktif."

    Sulit sekali untuk betul mengaktifkan siswa-siswi. Mereka pada umum jauh lebih ingin belajar secara pasif dan "main komputer" saja. :-)

    Seperti contoh saya kemarin itu "cara dan rencana pembelajaran" yang dapat berhasil akhirnya, computer hanya alat, dan itu Mata Pelajaran ICT, jadi saya tidak mempunyai banyak pelihan alatnya...

    Kalau kita menggunakan Ilmu Teknologi Pendidikan dalam analisis untuk mata pelajaran yang lain ICT jarang dipilih.

    Re: "Mungkin Bapak juga pernah mengalaminya sendiri saat mengajar dengan 1 komputer."

    Kalau saya mengajar mata pelajaran yang lain (misalnya elektronik atau bahasa) saya jarang memakai komputer kecuali untuk video pendek atau foto kadang-kadang. Pendidikan modern adalah mengenai menstimulasikan Pembelajaran Berpusat-Pelajar (PBP), dan peran teknologi seharusnya untuk menstimulasikan PBP saja...Saya lebih suka teknologi yang mengaktifkan pelajar-nya (walapun di pembukaan Fakultas IT).
    http://teknologipendidikan.com/teknologi.html :-)

    Yang paling penting adalah pilihan teknologi untuk pembelajaran adalah "hak dan keputusan guru-nya", bukan berbasis-kebijakan (pasti kacau).

    Salam Teknologi Pendidikan

    BalasHapus
  6. Pak Phillip, I'm back :) What's wrong with ICT? Tidak apa-apa kan kalau guru memilih untuk pakai ICT? Tetapi bagaimana memberikan opsi tersebut tanpa memberikan pembekalan bagaimana memanfaatkannya. Karena pemanfaatan ICT untuk pembelajaran akan tepat guna kalau relevan dengan kurikulum, maka pendampingan bagi guru dalam proses pemilihan ICT yang tepat untuk tujuan pembelajaran yang tepat juga penting. (Btw, kurikulum juga ada kurikulum lokal).

    And.. exactly, memang ICT harus digunakan untuk mendorong learner-centered instruction. Itu adalah konteks yang saya maksud juga. Bukan sekedar stand and deliver. (Sepertinya kita sebetulnya speaking with the same language but with slightly different dialect.. :D) Have a good day, Pak Phillip..

    BalasHapus